Pertolongan Allah itu Nyata

oleh Rahmatika Choiria pada 27 Desember2 2012 pukul 22:22

Mungkin, ini terasa aneh dan mungkin kalian gak percaya dengan apa yang saya alami hari ini. Yaah.. Saya hanya ingin berbagi cerita tentang campur tangan-Nya dalam setiap urusan saya dan itu membuat saya semakin cinta dengan-Nya. Matur Suwun Ya ALLAH..

Hari ini, saya ke kampus enggak bawa payung dan enggak bawa dompet. Yah, saya pikir saya kan hanya halaqah di masjid buat apa bawa dompet segala. Cukup bawa uang seadanya (sekitar 17.000) dan saya gak bawa payung karena saya pikir saya enggak bakal lama di kampus. Tapi ternyata, teteup saja lama. Sampai siang banget, soalnya habis halaqah ngobrol dulu sih.. 😀 Oke, cuaca sudah mendung. Saya ingat, saya harus memperpanjang buku ke perpus Fapet. Takut juga sih, kalo saya perpanjang sekarang nanti hujan dan belum tentu dapet angkot lagi, kalo besok saya males ke kampus, yasudah saya perpanjang sekarang saja. Semoga enggak hujan dan Allah menolong saya. Tak lama setelah keluar dari perpus, hujan turun disertai petir. Hujannya sih belum begitu lebat. Saya berjalan ke halte angkot di depan PPBS. Cukup takut juga sih, bagaimana kalau tidak ada angkot. Uang saya tinggal 2000. Yang 15000 dipakai untuk bayar hutang ke Teh Ayu. Tidak cukup untuk membayar dua ojek. Ya Allah, saya hanya bisa mengaduh begitu. Saya putuskan untuk menunggu angkot kampus saja di halte. Petir semakin menyambar. Dan saya mulai ketakutan. Ya Allah, tolong hamba, begitu doa saya lirih dalam hati. Tak lama kemudian, ada angkot lewat di depan saya. Segera naik! Oke, sekarang memikirkan payung. Saya bakal basah kuyup ini. Ya Allah, bantu hamba, doa saya lagi. Angkot berhenti lagi di halte berikutnya. Ada teteh anak DKM An Nahl masuk ke angkot (entah saya lupa namanya), dia membawa payung. Langsung menyapanya. Ngobrol sejenak. Namun, saya tidak berani bicara masalah payung. Di dalam angkot, saya masih memikirkan payung. Ya Allah, di kosan saya punya dua payung tapi kenapa saya harus basah kuyup hari ini, begitu pikir saya. Ketika sudah hampir sampai, tanpa saya duga, tetehnya itu tanya pada saya, “Bawa payung gak De?” Saya jawab saja dengan jujur. Dan akhirnya, saya berpayung berdua dengan teteh itu sampai jalan raya. Dan saya tidak jadi basah kuyup, walau tetep basah sih. Terimakasih Ya Rabbi..

Kemarin juga, Allah menolong saya. Singkat cerita, saya habis berpetualang ke Ciater. Pulang naik angkot Caheum-Ledeng bersama teh Vina dan teh Deti. Mereka turun di Baltos. Sebenernya saya juga mau ikutan turun, tapi kalau naik arnes berat di ongkos lah 13.000. Mending naik angkot saja ke Gedung Sate. Oke, sampai gedung Sate jam setengah empat. Saya tahu kalau saya langsung ngedamri, Ashar saya bakal berada di Maghrib (alias enggak Ashar). Ya sudah, saya putuskan mencari masjid dulu. Tanya ke orang, sampai saya berada di masjid Museum Geologi. Cukup sepi juga dan saya sedikit takut. Untung ada laki-laki yang juga sholat. Museumnya tutup, jadi sholatnya diluar. Dalam doa di sholat saya, saya selipkan doa Ya Allah bisakan hamba untuk pulang ke Jatinangor hari ini. Usai sholat, kembali ke gedung Sate menunggu Damri. Namun, yang ditunggu-tunggu tak juga datang. Saya mulai cemas, dan akhirnya saya jalan mencari angkot Caheum-Ciroyom, bermaksud ke PangDam. Sampai di pangkalan Damri, sudah jam empat lebih. Dan belum ada damri disitu. Saya putuskan untuk menunggu. Namun, yang ditunggu-tunggu tak juga datang. Sudah setengah lima, dan yang saya tunggu belum datang. Mulai cemas, dan saya berdoa lagi. Ya Allah, bisakan hamba untuk pulang ke Nangor hari ini. Hamba tidak tahu, harus tinggal dimana kalau tidak bisa pulang, begitu doa saya. Setelah berdoa, saya coba menelepon Arnes. Yah, tidak apa-apalah saya harus balik lagi ke Baltos begitu pikir saya. Saya pesan untuk keberangkatan setengah enam. Namun, saya masih mau menunggu bus sejuta ummat itu sampai jam lima. Yah, banyak banget juga yang menunggu bus 5000an itu. Jam lima, yang ditunggu-tunggu datang. Saya dan banyak orang yang menunggunya segera mengantri di pinggir jalan untuk masuk ke dalamnya (padahal itu masih jauh, namun para penunggunya sudah memenuhi jalan). Saya berdoa lagi, Ya Allah berikan hamba tempat duduk, hamba tidak kuat bila harus berdiri sampai Jatinangor. Tak lama, Damri sampai di depan saya. Saya dan dua puluh orang lain (mungkin jumlahnya segini), segera berebut pintu. Dan saya berdesak-desakan untuk masuk ke dalamnya. Cukup mengorbankan tulang-tulang saya sih. Akhirnya bisa masuk, segera duduk di bangku depan. Sengaja, tak mencari bangku belakang, takut penuh. Dan apa yang terjadi? Disitu saya ketemu temen, dia anak PIR lupa lagi namanya. -_- Alhamdulillah, saya bisa duduk dan bahkan tidur di dalam Damri. Terimakasih Ya Allah atas pertolongan-Mu..

Selain dua peristiwa ini, masih banyak peristiwa-peristiwa lain tak terduga yang membuat saya semakin yakin atas pertolongan Allah.

 

Ngerasain banget nyatanya ayat ini: “Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS 47:7)

Well, inilah celotehan saya hari ini. Terimakasih sudah membaca. Maaf, bila mungkin terlalu tidak bisa dipercaya. Namun, ini sungguh nyata!

6 thoughts on “Pertolongan Allah itu Nyata

  1. Assalamu’alaikum ya ukhti, entah dari mana awalnya hingga saya nyasar ditulisan ini, yang saya tau di google search saya tulis “Ya Allah Tolonglah Hambamu Ini”
    Dan setelah saya baca kisah ukhti ini, Alhamdulillah memberi suntikan Iman dan kepasrahan dalam bermunajah kepada Allah Azza Wa Jalla
    Jazakillah ya ukhti semoga tulisan ini menjadi ladang pahala bagi ukhti dan membawa berkah dalam kehidupan ukhti dan kami semua yang membacanya dan mengambil hikmah dari kisah ini
    Wassalamu’alaikum

  2. Terimakasih atas ceritanya, sangat membantu saya yang saat ini sedang dalam mengalami permasalahan,,..hanya bisa mengadu kepada Allah..smoga Allah memberi kemudahan bagi hambanya…Amin…Amin…Amin..

Leave a comment